Wanita kentut pada umumya tidak akan
membunyikanya apalagi di dekat pria. Karena hal tersebut dianggap tabu oleh
masyarakat pada umumnya. Tapi itu semua tidak benar kepastianya bagi wanita
yang bernama Ulvi. Ia berani membunyikan kentut tanpa perasaan malu
dihadapan teman pria maupun wanita yang
menurutnya teman itu sangat akrab, bahkan pacarnya saja sering Ia kentuti.
Ketika Ulvi sedang berkumpul disebuah
tongkrongan kopi dengan temanya susi dan yubi, dengan tidak merasa berdosa Ulvi
kentut dengan bunyi khasnya.
“Bruuuuut brut tut brut,” bunyi
kentut Ulvi.
“Astaga, Vi, kamu ini gak punya malu
ya kentut dideket cowok,” Tanya yubi.
“iya Ulvi ini…! jijik banget deh,”
Sahut Susi.
“Hahahaha…! Yub, Sus, kalian itu
sudah aku anggap teman dekat tau, jadi ngapain harus malu, hehehehe,” jawab
Ulvi.
Canda tawa disertai geram dengan
kentutnya Ulvi, mereka bertiga tetap bergurau ria menganggap kentut sebagai
objek candaan. Ulvi tidak punya rasa malu sedikitpun kentut dihadapan teman
cowoknya yubi dan teman ceweknya susi lantaran karena mereka berdua teman
akrabnya. Beberapa menit kemudian terdengar kentut lagi. Kali ini bunyi
kentutnya tidak memiliki seni. Temponya hanya satu irama.
“Brut, ah lega,, hahahaha…!” tawa
Ulvi. Sambil berjungkir-jungkir tertawa karena kentut keduanya berhasil keluar.
“Kamu itu sakit perut apa lagi
kebelet ya Vi ?” Tanya Yubi.
“Hahaha, iya Yub , aku lagi kebelet,”
jawab Ulvi sambil tertawa.
“Ya cepet kebelakang sana kalau
kebelet, kasian nih temenya yang kena dampaknya, ya gak sus,” Tanya yubi ke
Susi disertai kegeraman terhadap Ulvi.
“Iya Yub, Ulvi ini cewek-cewek jorok
bangat. Kentut di area umum yang banyak orang lagi. Aku aja yang gak kentut
ikutan malu,” pangkas Susi.
Ulvi kurang menyadari kalau sekarang
Ia bersama temanya sedang ngopi di cave yang rame. Setelah Susi bilang malu
dengan tingkah Ulvi, barulah Ulvi menyadari kalau dirinya sedang ditempat umum
yang ramai. Seketika itu Ulvi merasa malu dan ngangguk-ngangguk seolah minta
maaf kepada pelanggan cave yang memandangi Ulvi karena merasa terganggu dengan
kentutnya.
Pekerja cave menyadari bahwa banyak
pelangganya merasa terganggu dengan kentutnya Ulvi. Pekerja cave itu mendatangi
Ulvi bermaksud untuk memberitahu dengan baik agar tidak mengulangi tingkah
jeleknya didalam cave. Ulvi dan kedua temanya hanya bisa pasang wajah malu
dihadapan pekerja cave.
“Maaf Mbak, kalau buang angin diluar
saja, karena pengopi disini banyak yang terganggu,” saran pekerja cave.
Dengan malu-malu Ulvi menjawab.”hehe,
iya mas, maaf,” jawab Ulvi.
“Iya mas, maafin temen saya ini, dia
memang seperti itu, hehehe,” tambah Yubi.
“Eh Yubi ini,,enggak kok mas,hehe”
sambung Ulvi.
“Ya sudah, nanti kalau mau buang
angin kebelakang saja atau Mbak dan Mas keluar dari cave ini,” tegas pekerja
cave.
“hehe Iya mas,” jawab Yubi.
Pekerja cave kembali ketempat
kerjanya, sedangkan Ulvi dan kedua temanya saling debat. Ulvi mengakui bahwa
kebiasaan kentutnya juga diketahui oleh pacarnya. Bahkan pacar saja sering
mendengar kentutnya ketika lagi berdua.
Kejujuran Ulvi berani kentut
sembarangan hanya pada orang yang diakrabi saja. Ia menganggap siapa saja orang
yang pernah mendengar kentutnya berarti orang itu sangat dekat denganya.
“Pacarmu apa juga sering kamu
kentutin, Vi,?” Tanya Susi.
“Ya iya Sus, dia saja juga sering
kentut dideketku kok,” jawab Ulvi.
“Gila kamu ya Vi, kentut itu kan gak
baik di tampakan depan orang,” kata Yubi.
“Aku juga punya etika kok Yub,, aku
gak akan kentut didepan orang sembarangan,, apalagi didekat orang yang tak
dikaenal. Kalian berarti teman paling dekatku, karena kalian bisa mendengar
seni kentutku, hehehe,” ungkap Ulvi.
“Ya sudah ayo kita pulang , sudah
malam banget ini, kosku hampir tutup,” kata Susi.
“Oke ayo, Oya kamu yang bayar ya Vi,
karena sudah berhasil membuat heboh cave dengan kentutmu, hahaha” sambung Yubi.
“Iya ! iya ! bener banget,” kata
Susi.
“Oke oke teman, malam ini aku yang
bayar,,hemmmm,” kata Ulvi dengan terpaksa.
Mereka bertiga akhirnya selesai
dengan ngopinya dan Ulvi sebagai tukang kentut yang sempat menghebohkan cave
mendapat giliran membayar minuman yang dipesan kedua temanya.
cerita ini hanya fiktif belaka, mohon maaf apa bila ada kesamaan sosial